Beranda Karier & Pengembangan Diri Suka Duka Jadi Freelancer yang Harus Kamu Tahu, Sebelum Memutuskan Resign

Suka Duka Jadi Freelancer yang Harus Kamu Tahu, Sebelum Memutuskan Resign

Suka Duka Jadi Freelancer

Menjadi freelancer sering kali dipandang sebagai pekerjaan idaman banyak orang, karena bebas mengatur waktu, tidak terikat kantor, bisa kerja dari mana saja, bahkan sambil liburan. Tapi di balik semua kebebasan itu, ada realita yang nggak seindah feed Instagram. Dunia freelance adalah arena bebas, tanpa pagar, tanpa atasan, dan juga… tanpa jaminan tetap.

Buat kamu yang sedang mempertimbangkan terjun sepenuhnya ke dunia freelance, atau sekadar ingin tahu bagaimana rasanya hidup sebagai pekerja lepas, artikel ini akan membahas tentang suka dan duka jadi freelancer dari kacamata yang realistis dan manusiawi.

Waktu Adalah Milikmu… Tapi Juga Musuhmu

Salah satu hal paling menyenangkan dari menjadi freelancer adalah kamu bebas menentukan jam kerja sendiri. Mau kerja pagi, siang, malam, bahkan subuh pun terserah kamu. Nggak ada yang marah kalau kamu bangun siang, asal semua pekerjaan selesai tepat waktu.

Tapi di balik kebebasan itu, manajemen waktu adalah tantangan berat. Tanpa sistem yang jelas, kamu bisa saja bekerja 12 jam sehari tanpa sadar. Kadang libur pun susah didapat karena otakmu terus aktif memikirkan deadline yang menumpuk atau invoice yang belum dibayar.

Kamu Bos untuk Dirimu Sendiri

Menjadi bos bagi diri sendiri itu menyenangkan. Kamu bebas memilih proyek, menolak klien yang toxic, dan menentukan tarif sesuai nilai kerjamu. Tapi jadi bos juga berarti kamu bertanggung jawab atas segalanya, yaitu mencari klien, mengatur waktu kerja, mengejar pembayaran, mengelola pajak, hingga mengurus peralatan kerja sendiri.

Nggak ada divisi keuangan, HRD, atau legal yang bisa bantuin kamu kalau terjadi masalah. Semua harus kamu tangani sendiri. Dan itu bisa sangat melelahkan, terutama kalau kamu terbiasa bekerja di sistem korporat yang rapi.

Penghasilan: Bisa Naik Tajam, Bisa Turun Drastis

Pendapatan freelancer itu fleksibel dan nggak tetap. Hari ini kamu bisa dapat proyek besar dengan bayaran fantastis, tapi bulan depan bisa jadi kamu nggak punya klien sama sekali. Karena itu, freelancer harus pintar-pintar mengelola uang. Harus belajar menyisihkan penghasilan saat sedang “panen” untuk menghadapi masa-masa paceklik.

Banyak freelancer yang akhirnya kembali kerja kantoran karena nggak tahan dengan ketidakpastian penghasilan ini. Bukan karena mereka gagal, tapi karena kestabilan finansial adalah hal yang sangat penting, terutama kalau sudah berkeluarga.

Bebas dari Politik Kantor, Tapi Tidak dari Drama Klien

Salah satu alasan orang keluar dari kantor dan memilih freelance adalah ingin menghindari drama politik kantor, seperti sikut-sikutan, penjilat atasan, dan persaingan nggak sehat. Di dunia freelance, memang kamu akan terbebas dari semua itu. Tapi bukan berarti kamu bebas dari drama sama sekali.

Ada klien yang hobi revisi tapi pelit brief. Ada yang ngilang pas sudah waktunya bayar. Ada juga yang bayar telat berbulan-bulan tanpa rasa bersalah. Bahkan, ada yang seenaknya memotong tarif sepihak. Dunia freelance memang lebih bebas, tapi juga lebih liar.

Kerja di Mana Aja, Tapi Kadang Sendirian

Banyak freelancer suka kerja dari kafe, coworking space, atau bahkan dari pinggir pantai. Kedengarannya seru, dan memang menyenangkan. Tapi jangan lupakan sisi lain dari kebebasan ini, yaitu kesepian.

Kalau kamu tipe orang yang butuh interaksi sosial setiap hari, dunia freelance bisa terasa sangat sepi. Nggak ada teman ngobrol santai saat makan siang. Nggak ada obrolan receh sambil ngopi di pantry. Bahkan, beberapa freelancer mengalami burnout karena terlalu lama bekerja sendiri tanpa support system.

Libur Tergantung Deadline, Bukan Kalender

Freelancer bisa libur kapan saja, betul. Tapi juga bisa kerja saat orang lain libur. Bahkan, banyak freelancer yang justru paling sibuk saat weekend atau tanggal merah. Karena fleksibilitas yang tinggi ini, batas antara waktu kerja dan waktu istirahat sering kali kabur. Hasilnya? Susah benar-benar ‘off’ dari pekerjaan.

Beberapa freelancer akhirnya membuat jam kerja sendiri, lengkap dengan aturan keras layaknya jam kantor, agar tetap punya waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Karena tanpa batasan itu, burnout hanya tinggal menunggu waktu.

Skill Harus Terus Diupgrade

Dunia freelance sangat kompetitif. Kalau kamu nggak berkembang, kamu akan ditinggalkan oleh pasar. Skill yang kamu kuasai lima tahun lalu bisa jadi sudah usang. Freelancer harus jadi pembelajar seumur hidup. Harus update tren, upgrade kemampuan, bahkan terkadang harus mempelajari hal yang di luar bidang utamanya.

Tidak ada HRD yang akan menyuruh kamu ikut pelatihan. Tidak ada kenaikan pangkat otomatis. Semua tergantung usaha dan konsistensi kamu sendiri.

Reputasi Lebih Penting dari CV

Di dunia kerja konvensional, CV dan gelar akademis bisa sangat menentukan nasibmu. Tapi di dunia freelance, yang paling berharga adalah portofolio dan reputasi. Satu review buruk dari klien bisa merusak peluangmu di masa depan. Sebaliknya, satu testimoni bagus bisa membuka banyak pintu baru.

Karena itu, etika kerja dan profesionalisme harus dijaga dengan ketat. Deadline adalah harga mati. Komunikasi harus jelas. Dan kamu harus bisa membangun kepercayaan jangka panjang, bukan sekadar mengejar proyek jangka pendek.

Tidak Cocok untuk Semua Orang

Meskipun terlihat menarik, dunia freelance bukan untuk semua orang. Butuh mental baja, kedisiplinan tinggi, dan kemampuan multitasking yang luar biasa. Banyak yang mencoba, tapi menyerah di tengah jalan karena tidak siap menghadapi realita sebenarnya.

Tapi buat mereka yang mampu bertahan dan berkembang, dunia freelance bisa sangat memuaskan. Kamu bisa membentuk karier sesuai passion, bebas dari rutinitas yang monoton, dan punya kebebasan menentukan arah hidupmu sendiri.

Kesimpulan yang Tidak Klise

Freelance bukan sekadar “kerja santai tanpa bos”. Di balik layar, ada perjuangan panjang, kerja keras, dan pengorbanan yang sering tidak terlihat. Suka dukanya datang silih berganti, dan semuanya akan terasa nyata begitu kamu menjalaninya sendiri.

Sebelum kamu memutuskan untuk terjun ke dunia freelance, pastikan kamu benar-benar tahu medan yang akan dihadapi. Jangan hanya melihat dari sisi gemerlapnya. Tapi juga siapkan mental untuk sisi gelapnya. Karena dunia ini bukan hanya soal kerja bebas, tapi juga soal bertahan dalam ketidakpastian.